Tampilkan postingan dengan label Reog Ponorogo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Reog Ponorogo. Tampilkan semua postingan

Kamis, 12 Maret 2009

Reog Ponorogo dan perkembangannya


Reog Ponorogo mempunyai kelebihan dalam mengumpulkan dan mengerakkan massa, sehingga pada tahun 1950-an berbagai organisasi politik berusaha untuk mendomplengnya, seperti :

1. Partai Komunis Indonesia melalui BRP (Barisan Reog Ponorogo) milik Tegak
2. Partai Nasional Indonsia melalui BREN (Barisan Reog Nasional)
3. Partai Nahdlatul Ulama melalui CAKRA (Cabang Kesenian Reog Agama)

Karena keikutsertaannya dalam politik praktis, pada waktu penumpasan PKI pada tahun 1965-1966 Reog Ponorogo terkena imbasnya, kemudian BRP dibubarkan. Selanjutnya segala bentuk atribut yang jumlahnya ribuan unit berkaitan dengan Reog Ponorogo dibakar, dikarenakan isu provokatif yang berkembang bahwa kesenian Reog Ponorogo sebagai penggerak/pengumpul massa PKI. Bagaimana nasib para seniman Reog Ponorogo? Mereka kembali menjadi pencari rumput, dikarenakan takut terkena imbas dari poltik pada masa itu.

Pada tahun 1976 Reog Ponorogo dihidupkan kembali dengan nama INTI (Insan Taqwa Illahi Ponorogo).

Selanjutnya pada tahun 1985 telah berdiri Paguyuban Reog Ponorogo Indonesia yang dipimpin oleh Bapak Begug Poernomosidi, SH (sekarang Bupati Wonogiri). Organisasi ini sudah membawa Reog Ponorogo ke mancanegara melalui Sarana Duta Perdamaian Indonesia (SADUPI) yang dipimpinnya sendiri.

Misi Seni dan Budaya Reog Ponorogo :
• Tahun 1989 : Los Angeles – USA
• Tahun 1992 : Moscow – Russia
• Tahun 1993 : Suriname
• Tahun 1993 : Venezuela
• Tahun 1994 : Pasadena – USA
• Tahun 1994 : Jepang
• Tahun 1994 : India
• Tahun 1995 : Washington – USA
• Tahun 1995 : Los Angeles – USA
• Tahun 1996 : Jepang
• Tahun 1997 : Australia

Sampai sekarang ini di Los Anggeles – USA terdapat group Reog Ponorogo yang diberi nama Paguyuban Reog Ponorogo Singo Budoyo.

Perkembangan Organisasi Reog Ponorogo dalam skala nasional diikuti oleh perkembangan organisasi di propinsi. Sebut saja Paguyuban Reog Ponorogo Se-Jabodetabek yang dipimpin oleh Bapak H. T. Yulianto. Organisasi ini telah mempunyai group Reog Ponorogo sebanyak 75 group dengan anggota per group kurang lebih 100 orang yang menyebar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Banten dan Bekasi. Kemudian prestasi yang telah diraih oleh organisasi ini yaitu :
• Mancanegara : Tahun 2000 : Jepang - Tahun 2002 : Cekoslowakia - Tahun 2005 : Filiphina
• Juara Festival Reog Ponorogo Tingkat Nasional Tahun 1999, 2000, 2001, 2004, 2008
• Mengadakan Festival Reog Ponorogo Se-Jabodetabek dari tahun 2000 s/d 2008
• Mengadakan berbagai Pagelaran, Gebyar, Parade Reog Ponorogo Se-Jabodetabek
• Mengadakan Workshop Reog Ponorogo
• dll.

Belajar dari sejarah masa lalu, maka organisasi Reog Ponorogo tidak ingin ditunggangi apalagi di klaim oleh salah satu organisasi politik, biarlah Reog menjadi milik rakyat tanpa batasan. Prinsip dasar, secara organisasi apabila di undang oleh organisasi politik diperbolehkan tetapi tidak boleh mengklaim sebagai pendukung organisasi poltik tertentu. Kembali ke khitah sebagai ORGANISASI KESENIAN.

Rabu, 11 Maret 2009

Paguyuban Reog Ponorogo "Singo Taruno Adiguno"


SINGO TARUNO ADIGUNO
Pelestari & Profesional

REOG merupakan salah satu dari sekian banyak seni dan budaya tradisional yang bersifat ke Indonesiaan. Reog itu sendiri merupakan suatu cerita rakyat Ponorogo yang kemudian hari menjadi suatu seni budaya yang adi luhung, sehingga sampai saat ini kata reog pasti diikuti dengan daerah yang dikenal dengan sejarah reognya yaitu Ponorogo. Pada saat ini rakyat Indonesia mengenalnya dengan Reog Ponorogo.

Reog Ponorogo diceritakan turun temurun di daerah Ponorogo dengan berbagai versi, dikarenakan sudah terlampau tuanya cerita rakyat ini. Keterlampauan tuanya cerita Reog Ponorogo tidak mengurangi penerusnya untuk berkarya dan mengembangkan kesenian Reog Ponorogo. Saat ini sudah beratus-ratus grup Reog Ponorogo yang menyebar di Nusantara tercinta kita, dikarenakan kecintaan para generasi penerus Reog Ponorogo akan seni tradisional yang begitu unik dan berbudaya.

Kita menyadari bahwa sesungguhnya seni budaya tradisional yang telah diwariskan oleh para pendahulu tiada akan punya arti, bilamana kita tiada mau menyingsingkan lengan baju kita masing-masing untuk membangun sebuah idealisme ke Indonesiaan ini dengan inisiatif, kreatifitas, dinamika dan kepekaan disegala sektor kehidupan bangsa dan negara. Maka untuk melestarikan seni budaya tradisional tersebut, peran masyarakat seni budaya dituntut untuk berperan aktif, positif dan menyeluruh tanpa kecuali.

Oleh karena itu segenap kekuatan yang terus menerus berjuang dalam melestarikan seni budaya bangsa, dengan ini khususnya warga Kabupaten Bekasi mendirikan PAGUYUBAN REOG PONOROGO SINGO TARUNO ADIGUNO.

PAGUYUBAN REOG PONOROGO SINGO TARUNO ADIGUNO berdiri pada tanggal 18 Agustus 2001, dengan berbagai perkembangan PAGUYUBAN REOG PONOROGO SINGO TARUNO ADIGUNO telah memiliki kurang lebih 100 orang anggota di bawah pimpinan Saudara Adi Budiyono, SE.

Adapun kegiatan rutinitas kami seperti pelatihan rutin mingguan dan bulanan, pentas seni dan budaya, parade, gelar akbar Reog Ponorogo, secara personal telah mengikuti Festival Reog Ponorogo Tingkat Nasional hingga mendapatkan gelar juara tiga kali berturut-turut (tahun 1999-2001) dan Juara Umum tahun 2003. Kemudian untuk tingkat Jabodetabek group kami telah mengkuti Festival Reog Ponorogo Se-Jabodetabek sebanyak 6 kali berturut-turut (Tahun 2002-2007).
Selain itu masih banyak kegiatan-kegiatan yang kami lakukan seperti misi seni budaya ke mancanegara, dan lain-lain, yang semua itu adalah reflektifitas dari salah satu tujuan kami untuk menunjang program pemerintah khususnya Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam membina potensi seni dan budaya untuk menunjang sektor Pariwisata.

Akhirnya semoga dengan usaha ini dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan seni dan budaya Reog Ponorogo pada umumnya, khususnya PAGUYUBAN REOG PONOROGO SINGO TARUNO ADIGUNO sehingga juga bermanfaat bagi para penerus seni dan budaya Reog Ponorogo. Terima kasih.

TANDA DAFTAR ORGANISASI : No. Pend. 429060408405 - Jakarta Timur
BERDIRI : Jakarta, 18 Agustus 2001
JENIS KEGIATAN : Seni Tari & Musik Reog Ponorogo
PIMPINAN : Adi Budiyono
PELATIH : Budiman, Susilo & Kateno
KREATOR : Sutikno, Dekik & Cipto Damiandoyo
ANGGOTA : - Mayoritas Pemuda & Pemudi Jakarta
                        - Siswa-siswi SD, SMP dan SMA
ALAMAT : Jl. Raya Bekasi Km. 17 RT. 008 RW. 03 Kel. Jatinegara Kec. Cakung Kotamadya Jakarta Timur Propinsi DKI Jakarta Indonesia 13930
Phone : +62(21) 46821341
Fax. : +62(21)43901961
HP :+62(21)68160924
E-Mail : abud97@yahoo.com, abud97@google.com.

Sejarah Reog Ponorogo

Reog merupakan suatu cerita rakyat Ponorogo yang kemudian hari menjadi suatu seni budaya yang adi luhung, sehingga sampai saat ini kata reog pasti diikuti dengan daerah yang dikenal dengan sejarah reognya yaitu Ponorogo. Pada saat ini rakyat Indonesia mengenalnya dengan Reog Ponorogo.
Reog Ponorogo diceritakan turun temurun di daerah Ponorogo dengan berbagai versi, dikarenakan sudah terlampau tuanya cerita rakyat ini. Keterlampauan tuanya cerita Reog Ponorogo tidak mengurangi penerusnya untuk berkarya dan mengembangkan kesenian Reog Ponorogo. Saat ini sudah beratus-ratus grup Reog Ponorogo yang menyebar di Nusantara tercinta kita, dikarenakan kecintaan para penerus Reog Ponorogo akan seni tradisional yang begitu unik dan berbudaya.
Sejarah Reog Ponorogo ini tak luput dari sejarah kerajaan yang berada di daerah Jawa Timur. Adapun kerajaan yang ikut andil dalam sejarah Reog Ponorogo ini yaitu Kerajaan Kediri dan Kerajaan Bantarangin (Ponorogo). Selain itu adapun daerah yang sampai saat ini ikut andil dalam sejarah Reog Ponorogo yaitu seperti daerah Gunung Lawu, Gunung Wilis dan Alas Lodoyo (Alas Roban)-Tulung Agung.
Adapun tokoh-tokoh yang terlibat secara umum dalam sejarah terjadinya Reog Ponorogo adalah :
1. Prabu Sri Klono Sewandono : Raja Kerajaan Bantarangin
2. Patih Pujonggo Anom (Ganongan) : Patih Kerajaan Bantarangin & Putra Raja Kediri
3. Warok : Prajurit Kolor Sakti Kerajaan Bantarangin
4. Jatilan : Prajurit Berkuda Kerajaan Bantarangin
5. Sang Singo Barong : Penguasa Alas Lodoyo
6. Prabu Lembu Amiseha : Raja Kerajaan Kediri
7. Putri Dyah Ayu Songgolangit : Putri Kerajaan Kediri

Sejarah Singkat :
1. Pertapaan Gunung Lawu
Ki Andjar Lawu menpunyai 2 (dua) orang murid yang bernama Klono Sewandono dan Pujonggo Anom. Setelah dibina sekian tahun lamanya mereka dinyatakan lulus dan mendapatkan kesaktian yaitu :
- Prabu Klono Sewandono : Pecut (Cemeti) Samandiman
- Pujonggo Anom : Ajian Welut Putih dan Topeng Sakti

2. Kerajaan Bantarangin
Setelah dari Gunung Lawu Klono Sewandono melanjutkan perjalanan dan mendirikan Kerajaan Bantarangin dengan gelar Sang Prabu Sri Kelono Sewandono. Kemudian Pujonggo Anom diangkat sebagai Patihnya. Adapun bala tentara Kerajaan Bantarangin adalah Pasukan Kolor Sakti (Warok) dan Prajurit Berkuda (Jatilan).

3. Alas(Hutan) Ludoyo
Alas Lodoyo dengan Penguasanya Sang Singo Barong yang berwujud kepalanya harimau badannya manusia. Penguasa sakti yang sangat buas, mempunyai pasukan bala tentara jin, setan dan seluruh binatang.penghuni hutan (alas roban). Sang Singo Barong ini mempunyai ajian sakti yaitu Ajian Macan putih, dan juga mempunyai hewan kesayangan yaitu Burung Merak yang mempunyai tugas membersihkan kutu-kutu yang ada di kepalanya.

4. Kerajaan Kediri
Raja Kediri mengadakan sayembara untuk peminangan putrinya yang bernama Dyah Ayu Songgolangit, adapun putrinya ingin dipersunting oleh para pelamar manapun dengan persyaratan :
1. Dibuatkan terowongan bawah tanah dalam waktu semalam.
2. Menginginkan binatang dengan bentuk satu badan dua kepala.
3. Menciptakan kesenian yang belum ada di tanah jawa sebagai iring-iringnan pernikahannya.

5. Pelamaran Raja Bantarangin
Prabu Sri Klono Sewandono menyanggupi persyaratan tersebut, kemudian untuk syarat pertama sudah dipenuhi melalui kesaktian Patih Pujonggo Anom (Ajian Welut Putih) membuat terowong dalam waktu semalam.
Setelah persyaratan pertama terpenuhi kemudian Patih Pujonggo Anom membawa iring-iringan pasukan Bantarangin yang terdiri dari 144 prajurit berkuda dan pasukan kolor sakti (warok) menuju Kerajaan Kediri melalui hutan belantara, akan tetapi pasukan tersebut di hadang oleh Sang Singo Barong dan terjadilah pertempuran yang dimenangkan Sang Singo Barong. Kemudian Patih Pujonggo Anom melaporkan kejadian tersebut kepada Prabu Sri Kelono Sewandono, marah besar sudah Raja Bantarangin tersebut-langsung saja dia maju dimedan laga seorang diri menghadapi Raja Singo Barong. Adu kesaktianpun terjadi, dengan Pecut (Cemeti) Samandiman luluh lantah sudah Raja Singo Barong dan mengakui kekalahannya dengan berjanji bahwa sampai anak cucunya dia akan mengabdi kepada Raja Bantarangin tersebut.
Dengan kekalahan Raja Singo Barong tersebut telah terpenuhi syarat kedua, yaitu binatang satu badan dua kepala (harimau & merak).
Selanjutnya syarat ketiga dipenuhi dengan menggambungkan berbagai alat musik gamelan yang ada di tanah Bantarangin seperti : Gong Beri, Kenong, Selompret (Terompet), dan lain-lain. Pada awalny gamelan tersebut merupakan alat sandi untuk kepentingan rakyat, seperti Gong Beri dan Kenong/kempul, merupakan alat memanggil penduduk sebagai tanda pengumuman dari Raja dan Terompet (selompret) sebagai tanda penghormatan kepada Raja. Adapun Singo Barong dan Binatang kesayangannya (Burung Merak) – Satu Badan Dua Kepala, melengkapi serah-serahan Kerajaan Bantarangin. Inilah asal muasal terjadinya KESENIAN REOG PONOROGO.